Akar Puan
Lelah rasanya merasakan perasaan ini ... tak ada yang bisa mengerti ... mau mengerti ... terlalu rumit untuk di ceritakan tetapi tidak memungkiri jika ini sangat menyakitkan, mungkin saja manusia di luar sana melihat sang puan baik baik saja tetapi sebenarnya tidak ... sangatlah tidak ... terlalu banyak luka di dalam tubuhnya lelah untuk menyembunyikannya hanya saja ketia ia bertemu dengan puan lain mulut pun tak bisa mengucapkan kata dengan benar seolah telah terbungkam dan kisah ini hanya untuk dirinya sendiri ... Ditekan oleh lawan disana dan disini, mendegar ucapan yang selalu menyakitkan, sebuah permintaan pertolongan tak tulus, semua terasa palsu ...
Melelahkan sekali ya ternyata hidup ini ..
Harus sekuat batu karang yang selalu di terjang ombak ...
Bukankah batu karangpun juga akan menipis jika ombak yang menerjang perlahan namun pasti dan akan selalu ada ...
Ingin mengakar kuat dengan tanah dan dirinya sendiri hanya saja pemikiran puan tertuju pada "Bagaimana nanti jika akarnya telah mati" siapa yang akan mencabutnya dan mengembalikan ia pada-NYA?
Atau haruskah ia mati dengan sendirinya tanpa dikethui dunia? tapi mimpigila dan impian hidupnya belum saja terwujud puan belum sempat berkungjung ke rumah suci, menikmati setengah hidupnya dengan tawa bahagia, bercerita bersama tuan hingga dunia tak paham dengan mereka, hingga melakukan yang selalu puan ingin lakukan berbagi bersama tuan ...
Hei kau tahu puan tunggal memang rapuh, sangat rapuh bahkan namun disisi lain ia sangat kuat bukan? melakukan segala hal dengan bayangannya bahkan mendapatkan sekaligus menyelessaikan masalah pun dengan bayangannya pula ...
Puan tunggal ingin mengunggu sebentar lagi hingga ia bisa menemukan tuan untuk bercerita walau sebentar, sekalipun ia tau semua ini akan selalu menyakitkan ...
Kurasa ia tak akan kunjung datang jadi siapkan saja akarmu puan tunggal ...
Komentar
Posting Komentar